Just another free Blogger theme

Powered by Blogger.

Blog Archive ma.abudarrin

ruang tanya jawab

Popular Posts

fb Ma Abu Darrin Bojonegoro

Pages

Labels

Social Icons

Followers

Blog Archive

Featured Posts

May 1, 2015




Tentang Aplikasi (Penerapan ) Shalat dalam hidup sehari-hari, Shalat memang harus didirikan untuk membangkitkan kesadaran. Kaitan Shalat dengan Zikir bisa di umpamakan seperti system pengisian Baterai atau ACCU pada mobil/motor. Baterai/Accu pada mobil tersebut harus selalu memberikan tenaga listrik ketika mesin mobil bekerja, tapi ia harus selalu diisi oleh dinamonya, jadi Zikir senantiasa harus ada ketika manusia beraktivitas, dan hilangnya energi batin selama beraktivitas harus diisi kembali dengan Shalat, Sembahyang/Shalat atau apapun namanya yang tujuannya adalah untuk membangkitkan kesadaran.
Kesadaran yang timbul inilah, yang harus bekerja mewarnai segala tindakan, ucapan, dan pikiran manusia. Sekali lagi kesadaran yang timbul atau yang bangkit/ yang bekerja, bukan lagi pamrih atau dorongan hawa nafsu yang menggerakannya melainkan kehendak Allah yang terjadi, dan bukan kehendak Egonya.
Pada tingkatan awam, mereka tidak memahami bila yang dituju dalam Shalat itu bukan semata-mata menggerakan anggota badan, dan yang dimaksud dengan orang Awam disini, tak ada hubungannya dengan posisi seseorang ditengah masyarakat, apakah itu seorang tokoh, ulama, kiai, atau Ustad. Tapi yang dimaksudkan Awam disini adalah mereka-mereka yang tingkat kesadaran jiwanya masih didominasi atau dikuasai oleh Nafsunya sendiri, sehingga terjadilah Sifat keakuan pada diri, merasa dirinya yang paling benar, sehingga dari sini lahirlah Jiwa/sifat Pamrihnya atau keakuannya atau pikirannya yang terbatas alias Taklid pada sesuatu hal.
Adapun gerakan dan waktu pelaksanaan yang dimaksudkan dalam Shalat adalah Riyadhoh untuk membangun kedisiplinan hidup, karena itu shalat yang tidak dapat membangkitkan kesadaran tak lebih dari “gerakan badan” atau senam. Ada yang bertanya, kalau gerakan shalat itu tidak lebih penting dari tujuannya mengapa Nabi Muhammad senantiasa menjalankan shalat seperti yang dicontohkannya kepada umatnya ?
Disini kita perlu ketahui bahwa Diri atau Pribadi Nabi Muhammad itu sudah bukan milik dirinya lagi, beliau sudah menjadi milik umatnya, dan beliau sudah memberi contoh Suri tauladan yang baik, dan secara general kepada umatnya, yang waktu itu keadaan orang-orang Arab baru terbebas dari keadaan Jahiliah (kebodohan), dimana hukum dan aturan kala itu masih semrawut, sehingga dengan bentuk disiplin lahiriah, Nabi tidak menjadi pemimpin/presiden bagi umatnya yang masih bermalas-malasan. Dengan gerakan shalat secara lahiriah itu, beliau mengajarkan, serta menerapkan kedisiplinan kepada umatnya, sehingga bila ada umat yang tidak mengerjakan shalat secara utuh, maka dia dengan mudah bisa mengingatkannya, bahwa Nabi pun masih menjalankannya, Sehingga dengan contoh yang beliau terapkan itu, akhirnya beliau berhasil mengajak mereka untuk mengikuti segala ajaran dan seruannya dalam memasuki Agama Islam Yang Kaffah. Betapapun kerasnya hati orang arab .kala itu, akhirnya dapat di luluhkan dengan kelembutan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW.
Kembali kepada shalat yang berfungsi untuk membangkitkan kesadaran. Pada Al-Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 19 – 23, disini dijelaskan :
  1. : “Sesungguhnya Manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”
  2. : “Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah”
  3. : “Apabila mendapat rejeki (kekayaan/kesenangan) ia amat kikir”
  4. : “Kecuali orang-orang yang mengerjakan SHALAT”
  5. : “ALLADZIINAHUM A’LAA SHALATIIHIM DAA’IMUN”
(Yaitu, mereka yang tidak putus-putus menjalankan Shalatnya (Shalat Daim).

Shalat Daim adalah shalat yang tidak pernah terputus artinya shalat 5 waktu itu tidak pernah absent (telat), tapi kalau kita melihat kenyataan, banyak orang yang tidak pernah absent Shalatnya tapi masih tetap hidup gelisah, bahkan tidak bisa menghindarkan diri dari jebakan dosa-dosa dalam kehidupan ini. Jadi jelaslah disini bahwa kita harus lebih berpegangan pada makna shalat sebagai hubungan atau persatuan dengan Allah. Sedangkan gerakan hanyalah sebuah bentuk atau cara semata. Adapun Shalat dimaksudkan untuk ber-Zikir atau ber-Meditasi, agar terciptanya “Khusyuk” dan berfungsi untuk membangkitkan kesadaran. Bentuk shalat dapat terputus oleh waktu, keadaan, tempat, geograpi dan situasi kondisi. Dan hal ini sebenarnya dipahami betul oleh kaum muslim, misalnya dikendaraan atau di pesawat, pesawat ruang angkasa dan lain sebagainya. shalat cuma dilakukan dengan isyarat, dan berdasarkan ayat tersebut Shalat memang harus Da’im, tak pernah terputus artinya Zikir dan Shalat berlangsung terus seperti hubungan baterai dan dynamo listrik, setiap saat kita isi dan selalu siap digunakan. Didalam sebuah Hadist yang terdapat dalam Kitab Ihya Ulumudin dari Al-Ghazali, disana disebutkan bahwa sesungguhnya : “Allah tidak memperhatikan Shalat seseorang yang tidak menghadirkan Hati dan Badannya”. Adapun yang dimaksud tidak menghadirkan Hati disini adalah banyak orang yang ber-Shalat tapi tidak ada kekhusuan dan perhatian pada shalatnya dikarenakan hatinya lalai kepada selain Allah. Adapun yang dimaksud tidak menghadirkan Badannya disini adalah Bahwa dilain sisi hati ber-Zikir kepada Allah, tapi perilaku dan perbuatannya tidak mencerminkan kerendahan hatinya.
Ada cerita tentang Shalat Khusyuk

PERTAMA : Kisah Ali bin Abi Thalib, suatu hari terkena panah dalam sebuah peperangan, tetapi dia meminta sahabat lainnya untuk mencabut panah tersebut tatkala dia sedang Shalat. Sahabat mencabutnya dan Ali tidak mengaduh sama sekali, inilah “Khusyuk” atau Fana atau Samadhi sehingga badan jasmani terasa lenyap.

KEDUA Muslim bin Yasar, seorang Sufi, bila shalat tidak dapat lagi mendengarkan percakapan anggota keluarganya.

KETIGA Imam Al-Ghazali adalah seorang Sufi Islam yang sangat terkenal. Ada perbedaan ke-Sufian antara Al-Ghazali dengan Al-Arabi dan Ar-Rumi. Arabi dan Ar-Rumi dikenal sebagai Sufi Filsafat, sedangkan Al-Ghazali dikenal sebagai Sufi Fikiyah. Yaitu Sufi yang merasa sangat terikat dengan Syariat (Aturan). Al-Ghazali memiliki saudara laki-laki yang juga Sufi, tapi tidak terkenal, namanya Imam Ahmad, suatu hari Imam Al-Ghazali memimpin Shalat berjamaah, tetapi ternyata Imam Ahmad shalat sendirian disudut Masjid. Selesai shalat, para jemaah agak rebut menyaksikan Imam Ahmad yang tidak ikut berjamaah, beberapa jemaah mendatangi Imam Al-Ghazali dan mencoba menanyakan alasannya, mengapa saudara Al-Ghazali tersebut tidak ikut berjamaah, padahal Al-Ghazali adalah seorang Imam terkenal. Ada apa ? selesai shalat dan zikir Imam Ahmad dihampiri oleh Al-Ghazali dan bertanya tentang alasan saudaranya ini memilih shalat sendirian, adapun jawaban Imam Ahmad tersebut, katanya ketika ia hendak ikut shalat berjemaah, ia melihat Hati (Qolbu) Al-Ghazali sedang memikirkan dalil-dalil tentang fikih wanita yang mengalami menstruasi, Atas jawaban saudaranya tersebut Imam Al-Ghazali membenarkannya, dan Ia mohon ampun kepada Allah. Sehingga dari pengalaman itulah Al-Ghazali semakin banyak ber-Uzlah atau ber-Khalwat agar hatinya dapat menjadi Khusyuk.

 


TRIMS ATAS KUNJUNGANNYA, TEGUR SAPA SANGAT BERARTI BAGI KAMI ma.abudarrinbojonegoro@yahoo.com

0 komentar: