PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS(PTK)
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN TIK
DALAM UPAYA PENINGKATAN
MUTU BELAJAR
MELALUI METODE CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL)
DI KELAS X
MA di MA
ABU DARRIN BOJONEGORO
OLEH:
DIDIK SAMSUL HADI
No peserta (11-0505-224-2-0053)
Kelas :702-TIK-A
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU ( PLPG
)
TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI ( TIK )
RAYON 114 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (
UNESA )
12-20 SEPTEMBER
2011 GELOMBANG VII
DI STKIP
PGRI JOMBANG
2011
OPTIMALISASI
PEMBELAJARAN TIK
DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU BELAJAR
MELALUI METODE CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL)
DI KELAS X DI MA
ABU DARRIN BOJONEGORO
A.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses pembelajaran
TIK dapat dilakukan
dengan berbagai
metode. Namun kenyataan dilapangan seringkali hasil proses pembelajaran
tidak sesuai dengan harapan. Proses pembelajaran masih banyak menghadapi
kendala, diantaranya pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
metode. Namun kenyataan dilapangan seringkali hasil proses pembelajaran
tidak sesuai dengan harapan. Proses pembelajaran masih banyak menghadapi
kendala, diantaranya pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
pada mata pelajaran TIK masih dijumpai proses pembelajaran yang
belum optimal. Banyak siswa yang mengeluh terhadap
materi TIK, sebagian siswa
menganggap materi sulit,
sebagian menganggap TIK bukan pembelajaran
yang menyenangkan dan
sebagian siswa merasa
kesulitan dalam penerapan materinya.
Dengan
adanya kondisi di lapangan yang terdapat kendala pada proses
pembelajaran TIK, penulis ingin merubah paradigma siswa dengan
mengoptimalkan pembelajaran TIK melalui metode Contextual Teaching
And Learning (CTL) sehingga siswa mampu memahami sepenuhnya
pembelajaran TIK, penulis ingin merubah paradigma siswa dengan
mengoptimalkan pembelajaran TIK melalui metode Contextual Teaching
And Learning (CTL) sehingga siswa mampu memahami sepenuhnya
pembelajaran TIK. Siswa dapat lebih aktif dalam proses
pembelajaran dan paradigma
siswa berubah, TIK menjadi mata pelajaran
yang menyenangkan.
Era
globalisasi saat ini semakin beragam metode pembelajaran atau
model-model pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai dengan
model-model pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai dengan
1
konteks pembelajaran. Dalam memperbaiki proses pembelajaran
diantaranya
dapat digunakan metode CTL. Guru dalam pendekatan kontekstual dituntut
dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa. Meski dengan keterbatasan fasilitas di lingkungan MA. ABU DARRIN Sumbertlaseh Dander Bojonegoro, namun guru tetap dituntut untuk dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
dapat digunakan metode CTL. Guru dalam pendekatan kontekstual dituntut
dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa. Meski dengan keterbatasan fasilitas di lingkungan MA. ABU DARRIN Sumbertlaseh Dander Bojonegoro, namun guru tetap dituntut untuk dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
Metode CTL
memungkinkan pembelajaran yang
tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dapat dilakukan secara alamiah, sehingga
siswa dapat mempraktekkan secara langsung yang dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual mendorong siswa memahami hakekat, makna dan
manfaat belajar sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk
senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut terwujud,
ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan dalam hidup dan
bagaimana cara menggapainya.
menyenangkan karena pembelajaran dapat dilakukan secara alamiah, sehingga
siswa dapat mempraktekkan secara langsung yang dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual mendorong siswa memahami hakekat, makna dan
manfaat belajar sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk
senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut terwujud,
ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan dalam hidup dan
bagaimana cara menggapainya.
Hal ini
senada dengan Mulyasa (2003: 188) siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin
tahunya. Oleh karena itu tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar
dapat membangkitkan rasa
ingin tahu semua
siswa sehingga tumbuh minat atau
siswa termotivasi untuk belajar.
Dengan menggunakan
metode CTL di MA. ABU DARRIN Sumbertlaseh Dander Bojonegoro diharapkan dapat merubah proses pembelajaran TIK
menjadi lebih optimal. Siswa menjadi termotivasi untuk melakukan kegiatan
pembelajaran khususnya memahami materi
tentang yg ada sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih baik.
2
2. Rumusan Masalah / permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana mengoptimalkan pembelajaran TIK melalui metode CTL?
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana mengoptimalkan pembelajaran TIK melalui metode CTL?
3.
Tujuan Penelitian
Memperhatikan
rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini secara khusus adalah untuk meningkatkan
pemahaman siswa dalam mempelajari
TIK dengan pengoptimalan
metode CTL atau
dengan optimalisasi pembelajaran TIK. melalui metode CTL diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa..
Penelitian tindakan kelas
secara umum juga
bertujuan untuk; (1)
memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas
pembelajaran di kelas;
(2) meningkatkan layanan profesional dalam
konteks pembelajaran di kelas;
(3)
memberikan kesempatan guru
untuk melakukan tindakan
dalam
pembelajaran yang direncanakan di kelas; dan (4) memberikan kesempatan
guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
pembelajaran yang direncanakan di kelas; dan (4) memberikan kesempatan
guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
4.
Manfaat Hasil Penelitian
a. Bagi siswa, dapat
meningkatkan minat dalam
mempelajari TIK,
sehingga TIK menjadi mata pelajaran yang manarik dan akhirnya ilmu
TIK akan semakin berkembang.
sehingga TIK menjadi mata pelajaran yang manarik dan akhirnya ilmu
TIK akan semakin berkembang.
3
b. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai pengalaman
penelitian tindakan kelas
dan menambah point dalam kenaikan pangkat serta untuk meningkatkan
profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukannya.
dan menambah point dalam kenaikan pangkat serta untuk meningkatkan
profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukannya.
c. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mengevaluasi terhadap
pembelajaran yang sudah berlangsung. Juga merupakan upaya
pengembangan kurikulum di tingkat kelas, serta untuk mengembangkan
dan melakukan inovasi pembelajaran.
pembelajaran yang sudah berlangsung. Juga merupakan upaya
pengembangan kurikulum di tingkat kelas, serta untuk mengembangkan
dan melakukan inovasi pembelajaran.
d. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
memotivasi
guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien
dengan menerapkan CTL.
guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien
dengan menerapkan CTL.
B. KAJIAN PUSTAKA DAN
RENCANA TINDAKAN
1. Kajian Pustaka
Optimalisasi kegiatan
belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya faktor metode atau teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh dalam kegiatan
pembelajaran. Guru dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam kurikulum
dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dunia nyata sehingga siswa merasa
pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki manfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
diantaranya faktor metode atau teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh dalam kegiatan
pembelajaran. Guru dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam kurikulum
dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dunia nyata sehingga siswa merasa
pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki manfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan
guru harus dapat
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran atau pembelajaran yang partisipatif.
Peserta didik dibantu oleh pendidik dalam melibatkan diri untuk mengembangkan
atau memodifikasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran atau pembelajaran yang partisipatif.
Peserta didik dibantu oleh pendidik dalam melibatkan diri untuk mengembangkan
atau memodifikasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih
4
bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sudjana (2005 : 69) dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran, peserta didik dibantu oleh pendidik melibatkan diri dalam
proses pembelajaran. Proses ini mencakup kegiatan untuk menyiapkan fasilitas
atau alat bantu pembelajaran, menerima informasi tentang materi / bahan belajar
dan prosedur pembelajaran, membahas materi/ bahan belajar dan melakukan
saling tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi atau memecahkan
masalah.
kegiatan pembelajaran, peserta didik dibantu oleh pendidik melibatkan diri dalam
proses pembelajaran. Proses ini mencakup kegiatan untuk menyiapkan fasilitas
atau alat bantu pembelajaran, menerima informasi tentang materi / bahan belajar
dan prosedur pembelajaran, membahas materi/ bahan belajar dan melakukan
saling tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi atau memecahkan
masalah.
1.1
Pengertian Optimalisasi Pembelajaran
Menurut
Tim Penyusun kamus
bahasa (1994:705)
Optimalisasi
merupakan proses, cara atau perbuatan mengoptimalkan. Mengoptimalkan
berarti menjadikan paling baik, paling tinggi atau paling menguntungkan.
Sedangkan Pembelajaran menurut Sudjana (2005:8) adalah setiap upaya yang
sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi
agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi
interaksi edukatif antara pesera didik atau siswa dengan pendidik atau guru.
Jadi kegiatan pembelajaran ditandai adanya upaya disengaja, terencana dan
sistematik yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar.
berarti menjadikan paling baik, paling tinggi atau paling menguntungkan.
Sedangkan Pembelajaran menurut Sudjana (2005:8) adalah setiap upaya yang
sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi
agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi
interaksi edukatif antara pesera didik atau siswa dengan pendidik atau guru.
Jadi kegiatan pembelajaran ditandai adanya upaya disengaja, terencana dan
sistematik yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar.
Dengan
demikian optimalisasi proses pembelajaran yaitu proses atau
cara mengoptimalkan kegiatan siswa untuk belajar sedangkan guru berperan
untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar atau
membelajarkan siswa. Upaya guru dalam mengoptimalkan pembelajaran
dapat beragam penerapannya, antara lain berupa bantuan dorongan / motivasi
dan bimbingan belajar. Penerapannya tergantung pada situasi kegiatan
cara mengoptimalkan kegiatan siswa untuk belajar sedangkan guru berperan
untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar atau
membelajarkan siswa. Upaya guru dalam mengoptimalkan pembelajaran
dapat beragam penerapannya, antara lain berupa bantuan dorongan / motivasi
dan bimbingan belajar. Penerapannya tergantung pada situasi kegiatan
5
belajar yang akan atau sedang dilakukan. Namun
arah yang ditempuh guru adalah agar siswa aktif melakukan kegiatan
belajar dan bukan sebaliknya guru yang lebih
mengutamakan kegiatan untuk mengajar.
Jadi interaksi pembelajaran yang aktif antara siswa dan guru
adalah faktor penting dalam kegiatan
pembelajaran.
1.2 Pengertian Metode Contextual
Teaching And Learning
(CTL)
Metode
merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan. Metode mengandung
unsur prosedur yang disusun secara teratur dan logis serta dituangkan dalam
suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Menurut Knowles (1977:133)
dalam Sudjana (2005:14) Metode adalah pengorganisasian peserta didik di
dalam upaya mencapai tujuan. Metode berkaitan dengan teknik yaitu langkah-
langkah yang ditempuh dalam metode untuk mengelola kegiatan
pembelajaran.
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan. Metode mengandung
unsur prosedur yang disusun secara teratur dan logis serta dituangkan dalam
suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Menurut Knowles (1977:133)
dalam Sudjana (2005:14) Metode adalah pengorganisasian peserta didik di
dalam upaya mencapai tujuan. Metode berkaitan dengan teknik yaitu langkah-
langkah yang ditempuh dalam metode untuk mengelola kegiatan
pembelajaran.
Hal ini
sesuai dengan Abdul Madjid (2006 : 136 -137) metode dalam
pendidikan merupakan cara yang ditempuh atau dipergunakan dalam upaya
memberikan pemahaman pada siswa. Metode yang dipergunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran dapat beragam, yang perlu diperhatikan adalah
akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar
yaitu; (1) berpusat pada siswa atau student oriented; (2) belajar dengan
pendidikan merupakan cara yang ditempuh atau dipergunakan dalam upaya
memberikan pemahaman pada siswa. Metode yang dipergunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran dapat beragam, yang perlu diperhatikan adalah
akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar
yaitu; (1) berpusat pada siswa atau student oriented; (2) belajar dengan
melakukan atau learning by doing; (3) mengembangkan kemampuan sosial
atau learning to live together; (4)mengembangkan keingintahuan dan
atau learning to live together; (4)mengembangkan keingintahuan dan
6
imajinasi; (5) mengembangkan
kreativitas dan ketrampilan
memecahkan
masalah.
Pembelajaran Kontekstual
atau dikenal dengan
istilah Contextual
Teaching And Learning (CTL) menurut Mulyasa (2006 : 102) merupakan
konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa akan merasakan pentingnya belajar dan akan
memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.
Teaching And Learning (CTL) menurut Mulyasa (2006 : 102) merupakan
konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa akan merasakan pentingnya belajar dan akan
memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.
Hal ini
sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006 : 109)
CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
pada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk menerapkannya dalam kehidupan.
Dari
pengertian tersebut terdapat tiga konsep dasar CTL yaitu : (1)
CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung; (2) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata sehingga materi akan bermakna dan tertanam erat
dalam memori siswa sehingga tidak medah terlupakan; (3) CTL mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan artinya CTL bukan
hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari akan
CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung; (2) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata sehingga materi akan bermakna dan tertanam erat
dalam memori siswa sehingga tidak medah terlupakan; (3) CTL mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan artinya CTL bukan
hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari akan
7
tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri
sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri
sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.
Dalam pembelajaran
kontekstual tugas guru
adalah memberikan
kemudahan belajar pada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan
sumber pembelajaran yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan
materi pembelajaran berupa hafalan tetapi mengatur lingkungan dan strategi
pembelajaran. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan
menunjang pembelajaran kontekstual. Hal ini senada dengan Mulyasa (2006
:103) mengemukakan :
kemudahan belajar pada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan
sumber pembelajaran yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan
materi pembelajaran berupa hafalan tetapi mengatur lingkungan dan strategi
pembelajaran. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan
menunjang pembelajaran kontekstual. Hal ini senada dengan Mulyasa (2006
:103) mengemukakan :
pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran
kontekstual;
(1) belajar efektif itu dimulai dari
lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa
menonton ke siswa aktif bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan; (2) pembelajaran harus berpusat pada bagaimana
cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi
belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; (3) umpan
berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa
menonton ke siswa aktif bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan; (2) pembelajaran harus berpusat pada bagaimana
cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi
belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; (3) umpan
balik amat penting bagi siswa; (4)
menumbuhkan komunitas
belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Sementara itu
menurut Nurhadi (2004: 148-149) kunci
dalam
pembelajaran kontekstual adalah; (1) real word learning; (2) mengutamakan
8
pengalaman nyata; (3) berpikir tingkat tinggi;
(4) berpusat pada siswa; (5)
siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan;
siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan;
(7)
pendidikan atau education bukan
pengajaran atau instruction; (8)
memecahkan masalah; (9)
siswa akting, guru
mengarahkan, bukan guru akting,
siswa menonton; (10) hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
Dengan demikian
pembelajaran yang menggunakan
pendekatan
kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira,
belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai
sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan
teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih
bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari
pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang
dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.
kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira,
belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai
sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan
teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih
bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari
pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang
dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.
1.3 Komponen Utama atau Aspek-aspek Pembelajaran
Kontekstual
Komponen
utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran
kontekstual di kelas adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya
kontekstual di kelas adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic
assesment). Kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika
menerapkan komponen-komponen tersebut dalam pembelajarannya (Nurhadi,
2004 : 31-51).
pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic
assesment). Kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika
menerapkan komponen-komponen tersebut dalam pembelajarannya (Nurhadi,
2004 : 31-51).
9
Konstruktivisme
adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Inkuiri adalah
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Bertanya adalah menggali kemampuan,
membangkitkan motivasi dan merangsang keingintahuan siswa. Pemodelan
adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat di tiru oleh siswa. Refleksi adalah proses mengendapkan pengalaman
yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilalui. Penilaian nyata adalah proses mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar siswa yang diarahkan pada proses
belajar bukan hasil belajar. (Sanjaya, 2006 : 118-122)
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Inkuiri adalah
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Bertanya adalah menggali kemampuan,
membangkitkan motivasi dan merangsang keingintahuan siswa. Pemodelan
adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat di tiru oleh siswa. Refleksi adalah proses mengendapkan pengalaman
yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilalui. Penilaian nyata adalah proses mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar siswa yang diarahkan pada proses
belajar bukan hasil belajar. (Sanjaya, 2006 : 118-122)
Dalam komponen
konstruktivisme sebagai filosofi dapat dikembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Dengan
demikian siswa belajar
sedikit demi sedikit
dari konteks terbatas,
siswa mengkonstruksi sendiri
pemahamannya. Pemahaman yang mendalam
diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna.
Komponen inkuiri
sebagai strategi belajar
dapat dilaksanakan untuk mencapai kompetensi
yang diinginkan. Siklus
yang terdiri dari
mengamati, bertanya, menganalisis
dan merumuskan teori
baik perorangan maupun kelompok. Diawali
dengan pengamatan, lalu
berkembang untuk memahami konsep/fenomena. Dalam
hal ini mengembangkan dan
menggunakan ketrampilan
berpikir kritis.
10
Komponen
bertanya sebagai keahlian dasar yang dikembangkan, bertanya
sebagai alat belajar mengembangkan sifat ingin tahu siswa. Mendorong siswa
untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi,
digunakan untuk menilai kemampuan siswa berpikir kritis dan melatih siswa
untuk berpikir kritis.
sebagai alat belajar mengembangkan sifat ingin tahu siswa. Mendorong siswa
untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi,
digunakan untuk menilai kemampuan siswa berpikir kritis dan melatih siswa
untuk berpikir kritis.
Komponen masyarakat
belajar sebagai penciptaan
lingkungan belajar yaitu
menciptakan masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok. Dalam hal ini berbicara dan berbagi pengalaman
dengan orang lain. Bekerja sama
dengan orang lain
untuk menciptakan pembelajaran
yang lebih baik dibandingkan
dengan belajar sendiri.
Komponen
pemodelan, model sebagai acuan
pencapaian kompetensi yaitu menunjukkan model sebagai contoh
pembelajaran (benda-benda, guru, siswa
lain, karya inovasi
dll). Membahasakan gagasan
yang dipikirkan, mendemonstrasikan
bagaimana menginginkan siswa
untuk belajar, dan melakukan
apa yang diinginkan agar siswa melakukannya.
Komponen
refleksi sebagai langkah akhir dari belajar yaitu melakukan refleksi di akhir pertemuan agar siswa merasa bahwa hari
ini mereka belajar sesuatu. Dalam hal ini refleksi berarti cara-cara berpikir tentang
apa yang telah dipelajari. Menelaah dan merespon terhadap kejadian,
aktivitas dan pengalaman. Mencatat
apa yang telah dipelajari dan merasakan ide-ide baru.
Komponen penilaian
sebenarnya adalah melakukan penilaian
yang
sebenarnya dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara. Dalam hal ini
mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa. Mempersyaratkan penerapan
sebenarnya dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara. Dalam hal ini
mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa. Mempersyaratkan penerapan
11
pengetahuan atau pengalaman. Tugas-tugas yang
kontekstual dan relevan. Proses dan
produk kedua-duanya dapat diukur.
Jadi
dalam pembelajaran kontekstual berarti melaksanakan komponen komponen atau
aspek-aspek pembelajaran kontekstual,
dalam hal ini
guru memegang peranan
penting dalam menciptakan
pembelajaran yang menggairahkan atau menyenangkan sehingga guru
harus kreatif memilih metode pembelajaran yang
efektif dalam menciptakan
iklim pembelajaran yang kondusif. Dari segi proses guru dikatakan berhasil
apabila mampu melibatkan sebagian besar
siswa secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Sedangkan dari segi
hasil guru dikatakan
berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah
perilaku sebagian besar siswa ke arah
penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik.
2. Rencana Tindakan
Rencana
tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran TIK
agar dapat menarik, siswa menjadi termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan metode pembelajaran
kontekstual atau CTL. Dengan optimalisasi
pembelajaran TIK melalui metode CTL merupakan alternatif proses pembelajaran agar lebih menyenangkan dan
bermakna.
Sebagai
pedoman langkah dalam memberikan tindakan kelas maka
kegiatan dalam proses pembelajaran kontekstual dapat diurutkan sebagai
berikut:
kegiatan dalam proses pembelajaran kontekstual dapat diurutkan sebagai
berikut:
12
a. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran
yang dilaksanakan atau
guru
menjelaskan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
menjelaskan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
b. Guru
menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
c. Siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai jumlah siswa.
d. Guru
melakukan pre test untuk mengukur kemampuan dasar siswa.
e. Guru
membagi tugas siswa untuk melakukan pengamatan atau observasi.
Guru dapat memberi lembar pengamatan dan menunjukkan materi yang
harus dipersiapkan siswa dalam presentasi
Guru dapat memberi lembar pengamatan dan menunjukkan materi yang
harus dipersiapkan siswa dalam presentasi
f. Guru
melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan siswa.
g. Siswa
melakukan pengamatan sesuai dengan pembagian tugas kelompok
dan mencatat hal-hal yang mereka temukan.
h. Siswa melakukan diskusi kelompok dari hasil
temuan mereka sesuai
materi yang di tugaskan guru.
i. Siswa
menyerahkan hasil diskusi kelompok ke guru sebelum presentasi di
depan kelas.
j. Siswa
melakukan forum diskusi kelas atau mendiskusikan hasil temuan
mereka dengan adanya kelompok yang presentasi
secara bergantian di
depan kelas.
k. Setiap kelompok
menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan oleh
kelompok yang lain.
l. Selama
presentasi dan diskusi kelas, guru mengevaluasi dan mencatat
point-point yang perlu dipertegas.
13
m. Guru melakukan pemantapan dengan memberikan tambahan
point-point
yang perlu dipertegas.
yang perlu dipertegas.
n. Dengan bantuan
guru, siswa menyimpulkan
hasil observasi atau
pengamatan.
pengamatan.
o. Guru bersama-sama
siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil
belajar.
belajar.
p. Guru memberikan post test untuk mengukur
pemahaman hasil belajar.
q. Dari proses tersebut guru
dapat mengetahui apakah proses pembelajaran
geografi sudah optimal.
geografi sudah optimal.
Rencana
tindakan itu tidak hanya diberikan dalam satu kali tatap muka tetapi dapat
dilaksanakan lebih dari satu pertemuan dalam tiap siklus. Setelah siswa
melakukan kunjungan studi ke luar atau observasi lapangan sampai siswa mengerjakan
tugas dan menghasilkan sebuah
karya serta mempresentasikannya.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif sedangkan jenis penelitian termasuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
1. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas
ini dilaksanakan di MA ABU DARRIN
Sumbertlaseh Dander Bojonegoro. Alamat sekolah di Jl. KHR. Moh Rosyid Nomor 29 Kendal / Sumbertlaseh Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.
MA ABU DARRIN ini terletak selatan kabupaten
Bojonegoro,
MA ABU DARRIN ini terletak selatan kabupaten
Bojonegoro,
14
Penelitian ini dilaksanakan berkolaborasi dengan dua orang guru mata
pelajaran TIK. Subyek penelitian yang di
ambil adalah kelas X. Waktu pelaksanaan semester 1 tahun pelajaran 2011 / 2012.
Kelas X
berjumlah 38 siswa, laki-laki 18 dan perempuan 20 siswa.
Dengan karakteristik siswa yang lebih menyukai proses pembelajaran dengan
metode bervariasi, tidak hanya di dalam ruangan kelas saja. Siswa cepat merasa
jenuh jika harus terus memperhatikan ceramah guru, siswa lebih senang proses
pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk eksistensi diri melihat
tampilan teman-temannya. Namun siswa yang aktif dalam diskusi hanya siswa
tertentu saja, sebagian besar masih kurang aktif dan kurang kreatif dalam
belajar.
Dengan karakteristik siswa yang lebih menyukai proses pembelajaran dengan
metode bervariasi, tidak hanya di dalam ruangan kelas saja. Siswa cepat merasa
jenuh jika harus terus memperhatikan ceramah guru, siswa lebih senang proses
pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk eksistensi diri melihat
tampilan teman-temannya. Namun siswa yang aktif dalam diskusi hanya siswa
tertentu saja, sebagian besar masih kurang aktif dan kurang kreatif dalam
belajar.
Latar belakang
sosial-ekonomi siswa mayoritas
anak petani dengan
tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku pembelajaran yang
dimiliki sendiri masih terbatas, namun rata-rata mereka memanfaatkan sarana
perpustakaan sekolah yang cukup memadai. Kemampuan akademik siswa masih
terbatas karena motivasi belajar siswa yang rendah. Situasi kelas saat
pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum seluruhnya mempunyai
keaktifan dalam belajar.
tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku pembelajaran yang
dimiliki sendiri masih terbatas, namun rata-rata mereka memanfaatkan sarana
perpustakaan sekolah yang cukup memadai. Kemampuan akademik siswa masih
terbatas karena motivasi belajar siswa yang rendah. Situasi kelas saat
pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum seluruhnya mempunyai
keaktifan dalam belajar.
2.
Persiapan Penelitian
Penelitian tindakan
kelas ini menggunakan
metode pembelajaran kontekstual dengan persiapan :
a. Pembuatan
lembar instrumen penelitian
b. Mempersiapkan
materi pembelajaran untuk tugas observasi
dan diskusi.
15
c. Mempersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran
atau membuat
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah
dipahami siswa.
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah
dipahami siswa.
d. Mempersiapkan
dan menentukan lokasi pembelajaran sesuai dengan materi
pembelajaran.
pembelajaran.
e. Persiapan
pre test, post tes dan pembuatan
perangkat penilaian.
f. Lembar
penilaian proses untuk
memantau keaktifan, kemandirian,
kompetensi, kelancaran dan ketepatan.
kompetensi, kelancaran dan ketepatan.
g. Membuat lembar observasi untuk memantau
kegiatan proses pembelajaran
dan untuk mengetahui optimalisasi pembelajaran kontekstual.
dan untuk mengetahui optimalisasi pembelajaran kontekstual.
3. Siklus Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan tiga siklus. Menurut model classroom action research Kemmis dan Tanggart, maka tahap awal atau
siklus 1 yang kita lakukan adalah :
a. Perencanaan.
1. Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
atau skenario
Pembelajaran
dengan metode CTL agar pembelajaran menarik.
2. Mempersiapkan media
pembelajaran sebagai model
dalam
pembelajaran dan lokasi pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
pembelajaran dan lokasi pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
3. Membuat lembar
observasi atau instrumen penelitian untuk memantau
proses pembelajaran berbasis CTL.
proses pembelajaran berbasis CTL.
16
4. Membuat alat
evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran atau penilaian proses pembelajaran.
terhadap materi pembelajaran atau penilaian proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
dan Pengamatan (Action dan Observasi)
1. Pendahuluan
1.1 Guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat
dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran.
dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran.
1.2 Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
- Siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah siswa. Tiap kelompok 5 -6 siswa.
jumlah siswa. Tiap kelompok 5 -6 siswa.
- Tiap kelompok
ditugaskan untuk melakukan observasi atau
pengamatan sesuai dengan materi yang diterima dan guru juga
dapat memberi lembar pengamatan.
pengamatan sesuai dengan materi yang diterima dan guru juga
dapat memberi lembar pengamatan.
- Melalui observasi
siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai
hal yang ditemukan.
hal yang ditemukan.
1.3
Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan
oleh setiap siswa
oleh setiap siswa
2. Inti
2.1 Di Lapangan
- Siswa melakukan observasi atau pengamatan sesuai dengan
pembagian tugas kelompok.
- Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di lapangan
sesuai dengan alat observasi yang telah merekan tentukan
sebelumnya.
sesuai dengan alat observasi yang telah merekan tentukan
sebelumnya.
17
2.2 Di
dalam Kelas
- Siswa
mendiskusikan hasil temuan
sesuai dengan
kelompoknya masing-masing dan mengmpulkan hasil diskusi.
kelompoknya masing-masing dan mengmpulkan hasil diskusi.
- Siswa
melakukan diskusi kelas dari hasil temuan di lapangan
sesuai dengan materi yang ditugaskan guru. Adanya
presentasi secara bergantian di depan kelas tiap kelompok.
sesuai dengan materi yang ditugaskan guru. Adanya
presentasi secara bergantian di depan kelas tiap kelompok.
- Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh kelompok yang lain.
oleh kelompok yang lain.
3. Penutup
3.1 Guru dengan siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan
hasil
belajar hari itu atau dengan bantuan guru siswa menyimpulkan
hasil observasi sesuai dengan indikator hasil belajar
belajar hari itu atau dengan bantuan guru siswa menyimpulkan
hasil observasi sesuai dengan indikator hasil belajar
3.2 Guru memberi kesempatan
siswa untuk mengungkapkan
pengalaman belajar mereka.
pengalaman belajar mereka.
c. Refleksi
Guru memberikan
penilaian kelompok-kelompok siswa
yang melakukan diskusi dan presentasi. Selain itu guru menyimpulkan hasil analisa yang diamati pada siklus pertama.
Dalam
siklus pertama ini apabila masih kurang
maksimal maka akan dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus 2 dengan tetap
menggunakan metode CTL. Pelaksanaan siklus 2 tetap melalui tiga
tahap yaitu perencanaan, action/observasi dan refleksi. Jika hasil masih belum maksimal maka dilaksanakan siklus 3 juga melalui tahap perencanaan,
action/observasi dan refleksi.
Pada Penelitian ini kami membatasi
3 siklus saja.
18
4. Pembuatan Instrumen
Pengamatan
yang dilakukan secara kolaboratif yang melibatkan guru mata pelajaran
yang sejenis sebagai
pengamat di kelas
ini menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut :
a. Lembar
pertanyaan atau wawancara
b. Lembar
Observasi dan Lembar Cek list
c. Lembar
evaluasi atau penilaian
5.
Analisis dan refleksi
Analisis yang
digunakan dalam penelitian
ini adalah memanfaatkan
analisa deskriptif dari proses dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil
observasi dan wawancara. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap.
Analisis 1 dalam siklus 1 yang hasilnya direfleksikan ke siklus 2 begitu juga ke
siklus 3. Sedangkan refleksi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan.
analisa deskriptif dari proses dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil
observasi dan wawancara. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap.
Analisis 1 dalam siklus 1 yang hasilnya direfleksikan ke siklus 2 begitu juga ke
siklus 3. Sedangkan refleksi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan.
Penelitian
dengan metode pembelajaran kontekstual ini, peneliti berharap siswa akan menjadi lebih termotivasi dalam proses
pembelajaran. Tindak lanjut dalam
penelitian ini siswa
dapat menjadi lebih
aktif dan pembelajaran kontekstual
akan dilakukan secara kontinyu oleh guru
D. JAD WAL
PENELITIAN
Juli Agustus September Okt
No Kegiatan
1 Penyusunan
proposal
2 Revisi
proposal
3 Persiapan
penelitian
4 Penyusunan
instrumen
5 Tindakan
siklus 1
6 Tindakan
siklus 2
7 Tindakan
siklus 3
8 Penyusunan laporan
9 Pengiriman laporan
9 Pengiriman laporan
19
E. DAFTAR PUSTAKA/ RUJUKAN
Nurhadi. Yasin, Burhan.Gerrad, Agus. (2004).
Pembelajaran
Kontekstual dan
Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.
Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.
_______. (2006). Pendekatan
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Surabaya : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum
Perluasan dan Peningkatan Mutu SMA.
Surabaya : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum
Perluasan dan Peningkatan Mutu SMA.
Madjid, Abdul. (2006). Perencanaan
Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Kompetensi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep,
Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : Remaja Rosda karya.
Implementasi. Bandung : Remaja Rosda karya.
_______. (2006).
Menjadi
Guru Profesional Menciptakan
Pembelajaran
Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. (2006). Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Siberman, Mel. (1996). Active Learning. United States of America : Allyn and
Bacon.
Bacon.
Sudjana. (2005). Metoda dan Teknik
Pembelajaran Partisipatif. Bandung :
Falah Production.
Falah Production.
_______. (2005). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.
Tim Pelatih Penelitian Tindakan. (2006). Teknis Penelitian
Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) Sekolah Menengah Atas. Surabaya :
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum Perluasan dan
Peningkatan Mutu SMA.
(Classroom Action Research) Sekolah Menengah Atas. Surabaya :
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum Perluasan dan
Peningkatan Mutu SMA.
Wiriatmadja,
Rochiati. (2006).
Metode
Penelitian Tindakan Kelas
untuk
meningkatkan
kinerja guru dan dosen. Bandung : Remaja Rosda karya.
20
0 komentar:
Post a Comment