Just another free Blogger theme

Powered by Blogger.

Blog Archive ma.abudarrin

ruang tanya jawab

Popular Posts

fb Ma Abu Darrin Bojonegoro

Pages

Labels

Social Icons

Followers

Blog Archive

Featured Posts

September 14, 2011






PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS(PTK)


OPTIMALISASI PEMBELAJARAN  TIK
DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU BELAJAR
MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
DI KELAS X  MA di MA ABU DARRIN BOJONEGORO


















                 OLEH:

DIDIK SAMSUL HADI
No peserta (11-0505-224-2-0053)
Kelas :702-TIK-A


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU ( PLPG )
TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI ( TIK )
RAYON 114 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA ( UNESA )
12-20 SEPTEMBER 2011 GELOMBANG VII
DI STKIP PGRI JOMBANG
2011








OPTIMALISASI   PEMBELAJARAN  TIK
DALAM  UPAYA PENINGKATAN MUTU BELAJAR
MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
DI KELAS X DI MA ABU DARRIN BOJONEGORO


   A.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses  pembelajaran  TIK  dapat  dilakukan  dengan  berbagai
metode. Namun kenyataan dilapangan seringkali hasil proses pembelajaran
tidak sesuai dengan harapan. Proses pembelajaran masih banyak menghadapi
kendala,  diantaranya  pelaksanaan  Kurikulum Berbasis  Kompetensi (KBK)
pada mata pelajaran TIK masih dijumpai proses pembelajaran yang belum optimal. Banyak siswa yang mengeluh terhadap materi TIK,   sebagian siswa  menganggap  materi  sulit,  sebagian  menganggap  TIK  bukan pembelajaran  yang  menyenangkan  dan    sebagian  siswa  merasa  kesulitan dalam penerapan materinya.
Dengan adanya kondisi di lapangan yang terdapat kendala pada proses
pembelajaran  TIK,  penulis  ingin  merubah  paradigma  siswa  dengan
mengoptimalkan pembelajaran
TIK melalui metode Contextual Teaching
And  Learning (CTL)  sehingga  siswa  mampu  memahami  sepenuhnya
pembelajaran TIK.  Siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan paradigma   siswa   berubah,   TIK menjadi   mata   pelajaran   yang menyenangkan.
Era globalisasi saat ini semakin beragam metode pembelajaran atau
model-model  pembelajaran  dan  media  pembelajaran  yang  sesuai  dengan


1





konteks pembelajaran. Dalam memperbaiki proses pembelajaran diantaranya
dapat digunakan metode CTL. Guru dalam pendekatan kontekstual dituntut
dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa.  Meski  dengan  keterbatasan  fasilitas  di  lingkungan  MA. ABU DARRIN
Sumbertlaseh Dander Bojonegoro,  namun guru tetap dituntut untuk dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
Metode  CTL  memungkinkan  pembelajaran  yang  tenang  dan
menyenangkan karena pembelajaran dapat dilakukan secara alamiah, sehingga
siswa   dapat   mempraktekkan   secara   langsung   yang   dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual mendorong siswa memahami hakekat, makna dan
manfaat belajar sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk
senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar.    Kondisi tersebut terwujud,
ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan dalam hidup dan
bagaimana cara menggapainya.
Hal ini senada dengan Mulyasa (2003: 188) siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan  agar  dapat  membangkitkan  rasa  ingin  tahu  semua  siswa sehingga tumbuh minat atau siswa termotivasi untuk belajar.
Dengan  menggunakan  metode  CTL  di  MA.  ABU DARRIN Sumbertlaseh Dander Bojonegoro diharapkan dapat merubah  proses pembelajaran TIK menjadi lebih optimal. Siswa menjadi termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran  khususnya memahami materi tentang yg ada sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih baik.
2






2.  Rumusan Masalah / permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas,   maka masalah yang diangkat dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana mengoptimalkan pembelajaran
TIK melalui metode CTL?


3. Tujuan Penelitian
Memperhatikan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini secara khusus adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari  TIK  dengan  pengoptimalan  metode  CTL  atau  dengan optimalisasi pembelajaran   TIK.   melalui metode CTL diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa..
Penelitian  tindakan  kelas  secara  umum  juga  bertujuan  untuk;         (1)

memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas;
(2)   meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas;
(3)  memberikan  kesempatan  guru  untuk  melakukan  tindakan  dalam
pembelajaran yang direncanakan di kelas; dan (4) memberikan kesempatan
guru  untuk  melakukan  pengkajian  terhadap  kegiatan  pembelajaran  yang
dilakukan.
4. Manfaat Hasil Penelitian
a. Bagi  siswa,  dapat  meningkatkan  minat  dalam  mempelajari  TIK,
    
sehingga TIK  menjadi mata pelajaran yang manarik dan akhirnya ilmu
    
TIK akan semakin berkembang.




3




b. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai pengalaman penelitian tindakan kelas
    
dan menambah point dalam kenaikan pangkat serta untuk meningkatkan
    
profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukannya.
c. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap
    
pembelajaran   yang   sudah   berlangsung.   Juga   merupakan   upaya
    
pengembangan kurikulum di tingkat kelas, serta untuk mengembangkan
    
dan melakukan inovasi pembelajaran.
d. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi
    
guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien
    
dengan menerapkan CTL.


B. KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN
1. Kajian Pustaka
Optimalisasi kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya faktor metode atau teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh dalam kegiatan
pembelajaran.   Guru dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam kurikulum
dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dunia nyata sehingga siswa merasa
pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki manfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam  kegiatan  pembelajaran  yang  menyenangkan  guru  harus  dapat
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran atau pembelajaran yang partisipatif.
Peserta didik dibantu oleh pendidik dalam melibatkan diri untuk mengembangkan
atau memodifikasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih


4





bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2005 : 69) dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran, peserta didik dibantu oleh pendidik melibatkan diri dalam
proses pembelajaran.   Proses ini mencakup kegiatan untuk menyiapkan fasilitas
atau alat bantu pembelajaran, menerima informasi tentang materi / bahan belajar
dan prosedur pembelajaran, membahas materi/ bahan belajar dan melakukan
saling tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi atau memecahkan
masalah.
1.1 Pengertian Optimalisasi Pembelajaran

Menurut  Tim  Penyusun  kamus  bahasa        (1994:705)  Optimalisasi
merupakan proses, cara atau perbuatan mengoptimalkan. Mengoptimalkan
berarti menjadikan paling baik, paling tinggi atau paling menguntungkan.
Sedangkan Pembelajaran menurut Sudjana (2005:8) adalah setiap upaya yang
sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi
agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi
interaksi edukatif antara pesera didik atau siswa dengan pendidik atau guru.
Jadi kegiatan pembelajaran ditandai adanya upaya disengaja, terencana dan
sistematik yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian optimalisasi proses pembelajaran yaitu proses atau
cara mengoptimalkan kegiatan siswa untuk belajar sedangkan guru berperan
untuk   membantu   siswa   dalam   melakukan   kegiatan   belajar   atau
membelajarkan siswa.   Upaya guru dalam mengoptimalkan pembelajaran
dapat beragam penerapannya, antara lain berupa bantuan dorongan / motivasi
dan    bimbingan belajar.    Penerapannya tergantung pada situasi kegiatan


5





belajar yang akan atau sedang dilakukan. Namun arah yang ditempuh guru adalah agar siswa aktif melakukan kegiatan belajar dan bukan sebaliknya guru yang lebih mengutamakan kegiatan untuk mengajar.   Jadi interaksi pembelajaran yang aktif antara siswa dan guru adalah faktor penting dalam kegiatan pembelajaran.


1.2 Pengertian Metode Contextual Teaching And Learning (CTL)
Metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan.    Metode mengandung
unsur prosedur yang disusun secara teratur dan logis serta dituangkan dalam
suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Menurut Knowles (1977:133)
dalam Sudjana (2005:14)   Metode adalah pengorganisasian peserta didik di
dalam upaya mencapai tujuan. Metode berkaitan dengan teknik yaitu langkah-
langkah  yang  ditempuh  dalam  metode  untuk  mengelola  kegiatan
pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan Abdul Madjid (2006 : 136 -137) metode dalam
pendidikan merupakan cara yang ditempuh atau dipergunakan dalam upaya
memberikan pemahaman pada siswa.   Metode yang dipergunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran dapat beragam, yang perlu diperhatikan adalah
akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar
yaitu; (1) berpusat pada siswa atau
student oriented; (2) belajar dengan
melakukan atau learning by doing; (3) mengembangkan kemampuan sosial
atau  learning  to  live  together; (4)mengembangkan  keingintahuan  dan


6









imajinasi;   (5)  mengembangkan  kreativitas  dan  ketrampilan  memecahkan
masalah.
Pembelajaran  Kontekstual  atau  dikenal  dengan  istilah  Contextual
Teaching And Learning (CTL)
menurut Mulyasa (2006 : 102) merupakan
konsep  pembelajaran  yang  menekankan  pada  keterkaitan  antara  materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.   Siswa akan merasakan pentingnya belajar dan akan
memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006 : 109)   CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa  secara  penuh  untuk  dapat  menemukan  materi  yang  dipelajari  dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga konsep dasar CTL yaitu : (1)
CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi
artinya  proses  belajar  diorientasikan  pada  proses  pengalaman  secara
langsung; (2) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata artinya siswa dituntut
untuk  dapat  menangkap  hubungan  antara  pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata sehingga materi akan bermakna dan tertanam erat
dalam memori siswa sehingga tidak medah terlupakan; (3) CTL mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan artinya CTL   bukan
hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari akan

7





tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan  sedikit  demi  sedikit  dan  dari  proses  mengkonstruksi  sendiri
sebagai  bekal  untuk  memecahkan  masalah  dalam  kehidupannya  sebagai
anggota masyarakat.
Dalam  pembelajaran  kontekstual  tugas  guru  adalah  memberikan
kemudahan belajar pada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan
sumber pembelajaran yang memadai.   Guru bukan hanya menyampaikan
materi pembelajaran berupa hafalan tetapi mengatur lingkungan dan strategi
pembelajaran.  Lingkungan  belajar  yang  kondusif  sangat  penting  dan
menunjang pembelajaran kontekstual.   Hal ini senada dengan Mulyasa (2006
:103)  mengemukakan :
pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual;
(1) belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa. Dari guru akting   di depan kelas, siswa
menonton  ke  siswa  aktif  bekerja  dan  berkarya,  guru
mengarahkan; (2) pembelajaran harus berpusat pada bagaimana
cara  siswa  menggunakan  pengetahuan  baru  mereka.  Strategi
belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; (3) umpan
balik amat penting bagi siswa;        (4) menumbuhkan komunitas
belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.


Sementara  itu  menurut  Nurhadi       (2004:    148-149)  kunci  dalam
pembelajaran kontekstual adalah; (1) real word learning; (2) mengutamakan



8





pengalaman nyata; (3) berpikir tingkat tinggi; (4) berpusat pada siswa; (5)
siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan;
(7)  pendidikan  atau  education  bukan  pengajaran  atau  instruction;           (8)
memecahkan  masalah;  (9)  siswa  akting,  guru  mengarahkan,  bukan  guru akting, siswa menonton; (10) hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
Dengan  demikian  pembelajaran  yang  menggunakan  pendekatan
kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira,
belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai
sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan,
sharing dengan
teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih
bermakna  jika  kegiatan  pembelajaran  yang  dilaksanakan  berangkat  dari
pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang
dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.


1.3 Komponen Utama atau Aspek-aspek Pembelajaran Kontekstual
Komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran
kontekstual  di  kelas  adalah  konstruktivisme (constructivism),  bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic
assesment). Kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika
menerapkan komponen-komponen tersebut dalam pembelajarannya (Nurhadi,
2004 : 31-51).

9





Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru  dalam  struktur  kognitif  siswa  berdasarkan  pengalaman.  Inkuiri  adalah
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir   secara   sistematis.   Bertanya   adalah   menggali   kemampuan,
membangkitkan motivasi dan merangsang keingintahuan siswa.    Pemodelan
adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat di tiru oleh siswa.   Refleksi adalah proses mengendapkan pengalaman
yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilalui. Penilaian nyata adalah proses mengumpulkan
informasi  tentang  perkembangan  belajar  siswa  yang  diarahkan  pada  proses
belajar bukan hasil belajar. (Sanjaya, 2006 : 118-122)
Dalam komponen konstruktivisme sebagai filosofi dapat dikembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.  Dengan  demikian  siswa  belajar  sedikit  demi  sedikit  dari  konteks terbatas,  siswa  mengkonstruksi  sendiri  pemahamannya.  Pemahaman  yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna.
Komponen  inkuiri  sebagai  strategi  belajar  dapat  dilaksanakan  untuk mencapai  kompetensi  yang  diinginkan.  Siklus  yang  terdiri  dari  mengamati, bertanya,  menganalisis  dan  merumuskan  teori  baik  perorangan  maupun kelompok.  Diawali  dengan  pengamatan,  lalu  berkembang  untuk  memahami konsep/fenomena.   Dalam   hal   ini   mengembangkan   dan   menggunakan ketrampilan berpikir kritis.


10





Komponen bertanya sebagai keahlian dasar yang dikembangkan, bertanya
sebagai alat belajar mengembangkan sifat ingin tahu siswa.   Mendorong siswa
untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi,
digunakan untuk menilai kemampuan siswa berpikir kritis dan melatih siswa
untuk berpikir kritis.
Komponen  masyarakat  belajar  sebagai  penciptaan  lingkungan  belajar yaitu menciptakan masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok. Dalam hal ini berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Bekerja sama  dengan  orang  lain  untuk  menciptakan  pembelajaran  yang  lebih  baik dibandingkan dengan belajar sendiri.
Komponen pemodelan,    model sebagai acuan pencapaian kompetensi yaitu menunjukkan model sebagai contoh pembelajaran (benda-benda, guru, siswa  lain,  karya  inovasi  dll).  Membahasakan  gagasan  yang  dipikirkan, mendemonstrasikan  bagaimana  menginginkan  siswa  untuk  belajar,  dan melakukan apa yang diinginkan agar siswa melakukannya.
Komponen refleksi sebagai langkah akhir dari belajar yaitu melakukan refleksi di akhir pertemuan agar siswa merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu. Dalam hal ini refleksi berarti cara-cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari.  Menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktivitas dan pengalaman. Mencatat apa yang telah dipelajari dan merasakan ide-ide baru.
Komponen  penilaian  sebenarnya  adalah  melakukan  penilaian  yang
sebenarnya dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara. Dalam hal ini
mengukur  pengetahuan  dan  ketrampilan  siswa.  Mempersyaratkan  penerapan



11





pengetahuan atau pengalaman. Tugas-tugas yang kontekstual dan relevan. Proses dan produk kedua-duanya dapat diukur.
Jadi dalam pembelajaran kontekstual berarti melaksanakan komponen komponen  atau  aspek-aspek  pembelajaran  kontekstual,  dalam  hal  ini  guru memegang   peranan   penting   dalam   menciptakan   pembelajaran   yang menggairahkan atau menyenangkan sehingga guru harus kreatif memilih metode pembelajaran  yang  efektif  dalam  menciptakan  iklim  pembelajaran  yang kondusif.   Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran.  Sedangkan  dari  segi  hasil  guru  dikatakan  berhasil  apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah perilaku sebagian besar siswa ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik.


2. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran TIK agar dapat menarik, siswa menjadi termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan metode pembelajaran kontekstual atau CTL. Dengan optimalisasi pembelajaran TIK melalui metode CTL merupakan alternatif proses pembelajaran agar lebih menyenangkan dan bermakna.
Sebagai pedoman langkah dalam memberikan tindakan kelas maka
kegiatan  dalam  proses  pembelajaran  kontekstual  dapat  diurutkan  sebagai
berikut:






12





a.   Guru  menjelaskan  tujuan  pembelajaran  yang  dilaksanakan  atau  guru
     
menjelaskan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa serta manfaat dari
     
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
b.   Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
c.   Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai jumlah siswa.
d.   Guru melakukan pre test untuk mengukur kemampuan dasar siswa.
e.   Guru membagi tugas siswa untuk melakukan pengamatan atau observasi.
      Guru dapat memberi lembar pengamatan dan menunjukkan materi yang
     
harus dipersiapkan siswa dalam presentasi
f.    Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan siswa.
g.   Siswa melakukan pengamatan sesuai dengan pembagian tugas kelompok
dan mencatat hal-hal yang mereka temukan.
h.   Siswa    melakukan diskusi kelompok dari hasil temuan mereka sesuai
materi yang di tugaskan guru.
i.    Siswa menyerahkan hasil diskusi kelompok ke guru sebelum presentasi di
depan kelas.
j.    Siswa melakukan forum diskusi kelas atau mendiskusikan hasil temuan
mereka dengan adanya kelompok yang presentasi secara bergantian di
depan kelas.
k.   Setiap  kelompok  menjawab  setiap  pertanyaan  yang  diajukan  oleh
kelompok yang lain.
l.    Selama presentasi dan diskusi kelas, guru mengevaluasi   dan mencatat
point-point yang perlu dipertegas.




13





m. Guru melakukan pemantapan dengan memberikan tambahan point-point
     
yang perlu dipertegas.
n.  Dengan  bantuan  guru,  siswa  menyimpulkan  hasil  observasi  atau
     
pengamatan.
o.  Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil
     
belajar.
p.  Guru memberikan post test untuk mengukur pemahaman hasil belajar.
q.  Dari proses tersebut guru dapat mengetahui apakah proses pembelajaran
      geografi sudah optimal.
Rencana tindakan itu tidak hanya diberikan dalam satu kali tatap muka tetapi dapat dilaksanakan lebih dari satu pertemuan dalam tiap siklus. Setelah siswa melakukan kunjungan studi ke luar atau observasi lapangan   sampai siswa   mengerjakan   tugas   dan   menghasilkan   sebuah   karya   serta mempresentasikannya.


C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan   deskriptif kualitatif sedangkan jenis penelitian termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
1.  Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MA ABU DARRIN Sumbertlaseh Dander Bojonegoro.   Alamat sekolah     di Jl. KHR. Moh Rosyid Nomor 29 Kendal / Sumbertlaseh Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.
MA ABU DARRIN ini terletak selatan kabupaten
Bojonegoro,  


14





Penelitian ini dilaksanakan  berkolaborasi dengan dua orang guru mata pelajaran TIK. Subyek penelitian yang di ambil adalah kelas X. Waktu pelaksanaan semester 1 tahun pelajaran 2011 / 2012.
Kelas X berjumlah 38 siswa, laki-laki 18 dan perempuan 20 siswa.
Dengan karakteristik siswa yang lebih menyukai proses pembelajaran dengan
metode bervariasi, tidak hanya di dalam ruangan kelas saja.   Siswa cepat merasa
jenuh jika harus terus memperhatikan ceramah guru, siswa lebih senang proses
pembelajaran yang memberi kesempatan   siswa untuk eksistensi diri melihat
tampilan teman-temannya. Namun siswa yang aktif dalam diskusi hanya siswa
tertentu saja, sebagian besar masih kurang aktif dan    kurang kreatif dalam
belajar.
Latar  belakang  sosial-ekonomi  siswa  mayoritas  anak  petani  dengan
tingkat  kesejahteraan  menengah  ke  bawah.  Buku-buku  pembelajaran  yang
dimiliki sendiri masih terbatas, namun rata-rata mereka memanfaatkan sarana
perpustakaan sekolah yang cukup memadai. Kemampuan akademik siswa masih
terbatas  karena  motivasi  belajar  siswa  yang  rendah.  Situasi  kelas  saat
pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum seluruhnya mempunyai
keaktifan dalam belajar.
2. Persiapan Penelitian
Penelitian  tindakan  kelas  ini  menggunakan  metode  pembelajaran kontekstual dengan persiapan :
a. Pembuatan lembar instrumen penelitian

b. Mempersiapkan materi pembelajaran untuk tugas observasi  dan diskusi.




15





c. Mempersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran atau membuat
    
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah
    
dipahami siswa.
d. Mempersiapkan dan menentukan lokasi pembelajaran sesuai dengan materi
     pembelajaran.
e. Persiapan pre test, post tes dan  pembuatan perangkat penilaian.
f.  Lembar  penilaian  proses  untuk  memantau  keaktifan,  kemandirian,
    
kompetensi, kelancaran dan ketepatan.
g. Membuat lembar observasi untuk memantau kegiatan proses pembelajaran
    
dan untuk mengetahui optimalisasi pembelajaran kontekstual.


3. Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan tiga siklus. Menurut model   classroom action research Kemmis dan Tanggart, maka   tahap awal atau siklus 1 yang kita lakukan adalah :
a.  Perencanaan.
1.  Membuat  Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran      (RPP)  atau  skenario

Pembelajaran  dengan metode CTL agar pembelajaran menarik.
2.  Mempersiapkan   media   pembelajaran   sebagai   model   dalam
     
pembelajaran  dan  lokasi  pembelajaran  yang  sesuai  dengan  materi
     
pembelajaran.
3.  Membuat lembar observasi atau instrumen penelitian untuk memantau
     
proses pembelajaran berbasis CTL.



16





4.  Membuat alat evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
     
terhadap materi pembelajaran atau penilaian proses pembelajaran.
b.     Pelaksanaan dan Pengamatan (Action dan Observasi)
1.   Pendahuluan
1.1  Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat
      
dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran.
1.2  Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
-  Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan
    
jumlah siswa. Tiap kelompok 5 -6 siswa.
-  Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi atau
    
pengamatan sesuai dengan materi yang diterima dan guru juga
    
dapat memberi lembar pengamatan.
-  Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai
    
hal yang ditemukan.
1.3  Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan
      
oleh setiap siswa
2.   Inti
2.1 Di Lapangan
-      Siswa melakukan observasi atau pengamatan sesuai dengan
pembagian tugas kelompok.
-      Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di lapangan
      
sesuai dengan alat observasi yang telah merekan tentukan
      
sebelumnya.




17









2.2 Di dalam Kelas
-      Siswa   mendiskusikan   hasil   temuan   sesuai   dengan
      
kelompoknya masing-masing dan mengmpulkan hasil diskusi.
-      Siswa melakukan diskusi kelas dari hasil temuan di lapangan
       sesuai  dengan  materi  yang  ditugaskan  guru.  Adanya
      
presentasi secara bergantian di depan kelas tiap kelompok.
-      Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
      
oleh kelompok yang lain.
3.  Penutup
3.1 Guru dengan siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil
      
belajar hari itu atau dengan bantuan guru siswa menyimpulkan
      
hasil observasi sesuai dengan indikator hasil belajar
3.2 Guru   memberi   kesempatan   siswa   untuk   mengungkapkan
      
pengalaman belajar mereka.
c.    Refleksi
Guru  memberikan  penilaian  kelompok-kelompok  siswa  yang melakukan diskusi dan presentasi.   Selain itu guru menyimpulkan hasil analisa yang diamati pada siklus pertama.
Dalam siklus pertama  ini apabila masih kurang maksimal maka akan dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus 2 dengan tetap menggunakan metode CTL. Pelaksanaan siklus 2 tetap melalui tiga tahap yaitu perencanaan, action/observasi dan refleksi.    Jika hasil masih belum maksimal maka dilaksanakan siklus 3 juga melalui tahap perencanaan, action/observasi dan refleksi.    Pada Penelitian ini kami membatasi  3 siklus saja.


18








4.  Pembuatan Instrumen
Pengamatan yang dilakukan secara kolaboratif yang melibatkan guru mata  pelajaran  yang  sejenis  sebagai  pengamat  di  kelas  ini  menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut :
a. Lembar pertanyaan atau wawancara

b. Lembar Observasi dan Lembar Cek list

c. Lembar evaluasi atau penilaian
5. Analisis dan refleksi
Analisis  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  memanfaatkan
analisa deskriptif dari proses dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil
observasi dan wawancara. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap.
Analisis 1 dalam siklus 1 yang hasilnya direfleksikan ke siklus 2 begitu juga ke
siklus 3.   Sedangkan refleksi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan.
Penelitian dengan metode pembelajaran kontekstual ini, peneliti berharap siswa akan menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.  Tindak lanjut dalam  penelitian  ini  siswa  dapat  menjadi  lebih  aktif  dan  pembelajaran kontekstual akan dilakukan secara kontinyu oleh guru
D.   JAD            WAL PENELITIAN

Juli                    Agustus                       September                  Okt

No                        Kegiatan
1           Penyusunan proposal
2           Revisi proposal
3           Persiapan penelitian
4           Penyusunan instrumen
5           Tindakan siklus 1
6           Tindakan siklus 2
7           Tindakan siklus 3
8           Penyusunan laporan
9           Pengiriman laporan





19







E. DAFTAR PUSTAKA/ RUJUKAN


Nurhadi. Yasin, Burhan.Gerrad, Agus. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan
             
Penerapannya dalam KBK. Malang :  Universitas Negeri Malang.

_______. (2006). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
             
Surabaya : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum
             
Perluasan dan Peningkatan Mutu SMA.

Madjid, Abdul. (2006). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
             
Kompetensi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2003).   Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
             
Implementasi.  Bandung : Remaja Rosda karya.
_______.   (2006).  Menjadi  Guru  Profesional  Menciptakan  Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
             
Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Siberman, Mel. (1996). Active Learning. United States of America : Allyn and
             
Bacon.

Sudjana. (2005). Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung :
             
Falah Production.
_______. (2005). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.

Tim Pelatih Penelitian Tindakan. (2006). Teknis Penelitian Tindakan Kelas
             
(Classroom Action Research) Sekolah Menengah Atas.     Surabaya :
              Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum Perluasan dan
              Peningkatan Mutu SMA.

Wiriatmadja,  Rochiati.    (2006).  Metode  Penelitian  Tindakan  Kelas  untuk
meningkatkan kinerja guru dan dosen. Bandung : Remaja Rosda karya.









20

















TRIMS ATAS KUNJUNGANNYA, TEGUR SAPA SANGAT BERARTI BAGI KAMI ma.abudarrinbojonegoro@yahoo.com

0 komentar: